Sempat merantau ke Jakarta membuat saya ingin memperdalam ilmu broadcasting yang pernah saya dapatkan sebelumnya di RRI Padang dan juga pengalaman kerja 2 tahun sebagai penyiar di radio SIPP FeMale Padang.
Saat itu saya harus resign dari pekerjaan sebagai marketing di salah satu perusahaan asuransi untuk mengejar ambisi menjadi reporter TV. Namun apa mau dikata nasib membawa saya kembali menjadi marketing asuransi di perusahaan berbeda. Memang mungkin sudah disana jalannya. Jadi dinikmati aja, ya nggak?
Tapi hal ini tidak membuat saya berputus asa dalam mengejar mimpi saya sebagai seorang broadcaster professional. Hingga terbesit dibenak saya untuk bergabung disalah satu kelas yang bisa membantu saya untuk mengarahkan dan mengasah kemampuan saya dibidang broadcasting ini.
Saat itu saya bergabung dengan salah satu kelas yang mengenalkan saya akan seluk beluk dunia kepenyiaran di Jakarta. Tentunya bakal banyak informasi baru yang mungkin belum sempat saya dapati ketika bekerja disalah satu radio yang ada di Padang.
Disinilah saya mencoba kembali memperdalam ilmu kepenyiaran bersama rekan-rekan yang datang dari berbagai latar belakang pendidikan dan pekerjaan, namun memiliki satu mimpi yang sama yakni ingin berkiprah di dunia broadcasting Indonesia.
Kala itu pertemuan ke tiga di kelas, dimana pertemuan kali ini merupakan pertemuan yang saya nanti- nantikan. Pertemuan kali ini kami direktori langsung oleh salah satu presenter kenamaan Metro TV yakni Tantri Moerdopo.
Nah, disesi ini kami dikenalkan dengan dunia TV broadcasting. Satu demi satu kami disuruh untuk maju ke depan kelas dan mencoba untuk menyampaikan liputan langsung dari gulungan secarik kertas yang diambil secara acak.
Canggung? Tentu... karena banyak diantara kami yang belum akrab dengan kamera. Kalo biasanya saya dulu hanya jualan suara di radio yang tidak perlu memperhatikan penampilan karena tidak dilihat langsung oleh pendengar. Namun kali ini harus berhadapan langsung dengan audience.
Selain itu kebiasaan membaca script di radio juga menjadi kendala saya, karena biasanya selama di radio saya bisa fokus untuk membacakan script tanpa harus memikirkan penampilan dari atas ke bawah. Sebagai presenter TV dituntut untuk memberikan perhatian ke penonton melalui kamera. Sehingga disini fokus harus terbagi.
Kendala lainnya yang juga bukan hanya saya alami, bahkan hampir semua dari rekan yang mengikuti kelas ini yaitu posisi berdiri. Dimana tanpa kami sadari badan nggak bisa diam, mungkin karena nervous. Bahkan semakin lama posisi berdiri kami yang awalnya tegap perlahan semakin membungkuk. Hal-hal inilah yang menjadi koreksi yang teramat penting bagi kami yang ingin memperdalam ilmu TV Presenting ini.
Bukan hanya kesempurnaan vocal tapi di kesempatan ini kami juga diberikan pelajaran mengenai cara bersikap, berdiri, grooming bahkan cara berpakaian yang sesuai saat memandu acara.
Komentar
Posting Komentar