Awalnya keinginan kembali mengeksplorasi keindahan Kawasan Wisata Taman Laut Mandeh ini dikarenakan ingin berkunjung ke spot Taluak Sikulo yang belakangan cukup viral. Tekad yang sudah bulat membuat kami bersemangat untuk mengunjungi lokasi yang katanya mirip dengan pemandangan pantai yang ada di Bali. Namun perlahan tapi pasti tekad yang bulatpun terkikis sedikit demi sedikit oleh terjangan badai laut yang cukup membuat panik dan berhasil menyurutkan keinginan untuk menginjakkan kaki disana. Sehingga kami memutuskan untuk berbalik arah ke lokasi lainnya.
Yang jelas disaat gelombang ombak sudah mulai tinggi. Saya buru-buru mengambil dan membagikan life vest agar dapat meminimalisir jika hal yang tidak diinginkan nantinya terjadi. Namun di tengah jalan keputusan diambil agar merubah rute perjalanan ke lokasi lainnya dikarenakan cuaca makin tak kunjung bersahabat. Bukan menyerah hanya saja demi kebaikan bersama kami pikir lebih baik membatalkan perjalanan kali ini ke Taluak Sikulo dan merencanakannya kembali dilain kesempatan dengan menempuh jalur trekking lebih kurang 1 -2 jam-an melalui Pantai Batu Kalang.
Rutepun tiba-tiba dirubah dan kali ini kami diarahkan menuju ke lokasi Rumah Apung. Lokasinya tidak begitu jauh dari Pulau Soetan yang merupakan tempat dimana kami nantinya Akan beristirahat sambil makan siang.
Ponton atau sering disebut Rumah Terapung ini merupakan penanda/tempat beristirahat bagi para penyelam yang ingin melihat bangkai kapal kargo MV. Boelongan Nederland. Dimana kapal ini adalah kapal kargo bermesin diesel yang dibuat pada tahun 1915 oleh Gebroeders Pot N.V. Bones yang merupakan kapal dari perusahaan pelayaran kerajaan belanda Koninklijke Paketvaart-Maatschappij, ada yang bisa bantu saya untuk membaca nama perusahaannya? Hehehe...
Jadi MV. Boelongan ini adalah salah satu alat transportasi antar pulau bagi para pejabat kolonial belanda. Nah... kapal ini dulunya diserang melalui udara oleh tentara Jepang pada tanggal 28 Januari 1942 dan tenggelam di Kampung Mandas Taroesan ( Perairan Mandeh). Bangkai kapal ini berada dikedalaman 17-29 m.
Saat ini kapal bersejarah ini menjadi artificial reef atau terumbu karang buatan yang menjadi rumah bagi aneka hewan laut disekitarnya. Jadi kepikiran nih untuk ambil lisensi menyelam. Biar bisa mengeksplorasi langsung keindahan bawah lautnya.
Tentunya ada semacam warning juga nih untuk para pengunjung/penyelam yang datang ke kawasan ini yang bertujuan untuk menjaga kelestarian laut dan penghuninya dengan TIDAK:
● Melabuhkan jangkar pada bagian kapal tenggelam
● Mengikat tali pandu naik turun penyelam pada bagian kapal
● Berdiri di atau memegang apalagi mengambil bagian-bagian kapal, kecuali sudah mendapatkan izin dari instansi berwenang.
● Melakukan penetrasi ke dalam ruang kapal, kecuali untuk tujuan penelitian dan telah mendapat izin.
Selain itu para penyelam juga harus menjaga keselamatannya dengan :
● Menyusun rencana penyelaman dengan matang
● Pastikan dive flag terpasang sebelum melakukan penyelaman
● Menyelam dengan buddy dan pada rute yang telah ditentukan
● Tidak membiarkan peralatan yang dipakai saat menyelam bergelantungan yang dapat menyebabkan alat tersebut tersangkut dibagian kapal (Rumah Terapung, Mandeh)
Selesai menikmati pemandangan disini kamipun berangkat menuju spot kedua yakni Pulau Soetan, untuk beristirahat sambil menikmati makan siang.
Mantap, Sangat informatif
BalasHapusTerimakasih Pak 😉
Hapus