Berwisata merupakan kegiatan yang paling seru dilakukan untuk melepaskan diri dari rutinitas pekerjaan. Nggak heran kalo di akhir pekan setiap tempat wisata ataupun wahana bermain pasti akan ramai dikunjungi oleh turis lokal maupun mancanegara. Namun alangkah lebih seru lagi jika kita bisa menikmati liburan sambil mempelajari sejarah bangsa ini. Kali ini saya akan membawa Anda untuk menelusuri Kota Tua nan penuh sejarah yaitu Sawah Lunto.
1. Lubang Suro
Jangan sampai anda lewatkan tempat yang satu ini. Lubang Mbah Soero merupakan sebuah gua tambang batu bara yang bisa dikunjungi oleh wisatawan. Diberi nama Mbah Soero karena dulunya tambang batu bara ini dikomandoi oleh orang yang namanya diabadikan menjadi nama gua tersebut.
Loebang Mbah Soero |
Perjalanan menelusuri gua ini menjadi semakin seru karena para wisatawan dilengkapi dengan helm, dan sepatu khusus (boot). Selain dilengkapi dengan peralatan ala pekerja tambang batu bara, selama perjalanan para wisatawan akan ditemani oleh seorang guide yang akan menceritakan seluk beluk dari Lubang Mbah Soero ini.
Berfoto dulu sebelum memasuki Lubang Mbah Soero |
Mengabadikan moment terbaik disalah satu sudut Lubang Mbah Soero |
Sedikit mengulik sejarah, tambang batu bara ini mulai beroperasi pada tahun 1891 dan ditutup pada tahun 1932, ini dikarenakan rembesan air mulai masuk kedalam lorong yang panjangnya mencapai 1,5 KM. Para pekerja disini dulunya disebut sebagai Orang Rantai karena selama bekerja ditambang, kaki mereka dirantai dengan berat beban pada rantai tersebut berkisar 10 - 15 Kg dan pada tubuh mereka terdapat tato yang berfungsi sebagai tanda pengenal/nama.
Didalam Infobox juga disediakan foto-foto para pekerja tambang di masa penjajahan |
Lubang Mbah Soero Kembali dibuka pada tahun 2007. Menurut kabar yang beredar, sebelum kembali dibuka gua ini dipenuhi dengan air, sehingga membutuhkan puluhan hari untuk menyedot air yang menggenangi terowongan ini. Selain itu juga dilakukan penggalian agar gua ini bisa dilalui.
Rantai yang digunakan untuk mengikat kaki para pekerja tambang / Orang Rantai |
Untuk masuk ke lokasi ini anda bisa menuju ke Galeri Infobox. Disana anda akan mengisi buku tamu sekaligus membayar tiket untuk masuk ke Lubang Mbah Soero. Harga tiket perorang hanya Rp. 8.000,-. Adapun fasilitas yang bisa didapatkan antara lain sepatu boot, helm, sertifikat (Bukti telah pernah masuk kedalam Lubang Mbah Suro), dan pemandu. Selain itu sebelum petualangan dimulai, anda bisa menyaksikan bukti-bukti sejarah mengenai tambang batu bara melalui foto-foto yang terletak di lantai 2 gedung infobox ini.
Nomor pada batu nisan yang menandakan identitas dari orang rantai |
2. Museum Goedang Ransoem
Tempat ini mulanya merupakan dapur umum yang digunakan untuk menyediakan konsusmsi bagi para pekerja tambang. Namun saat ini dapur umum ini dijadikan museum Ransoem yang berisi kuali-kuali, tungku api raksasa yang sebagian besarnya didatangkan dari Jerman. Serunya lagi disini para wisatawan bisa menonton film durasi pendek yang menjelaskan tentang sejarah Goedang Ransoem dan sejarah tambang batu bara yang ada di sawahlunto.
Coffee Maker |
Kawasan Dapur umum dibangun pada tahun 1981, dilengkapi dua buah gudang besar dan Steam Generator (tungku pembakaran) dengan +/- 100 orang karyawan. Disini setiap harinya para petugas dapur memasak lebih kurang 65 pikul atau setara dengan 3,9 Ton nasi untuk para pekerja tambang batu bara (orang rantai), pasien rumah sakit, dan keluarga pekerja tambang.
Kawasan Gudang Ransoem |
Selain dapur, disini juga terdiri dari beberapa bangunan seperti galeri etnografi, Galeri Malaka dan juga bagi wisatawan pencita science juga bisa memperdalam ilmu pengetahuannya di Iptek Center. Jangan khawatir dengan biaya untuk mengunjungi lokasi ini. Hanya dengan Rp 4.000,- anda bisa menikmati segala fasilitas yang ada disana.
Belajar Ilmu Exact jadi menyenangkan (Iptek Centre, Gudang Ransoem) |
3. Gereja Katolik Santa Barbara Sawahlunto
Gereja ini bakal mencuri perhatian para wisatawan karena arsitekturnya yang terlihat masih anggun. Dibangun pada tahun 1920, pada masa penjajahan belanda digunakan sebagai tempat ibadah umat katolik yang pada saat itu kebanyakan merupakan para ahli dan orang-orang pemerintahan belanda.
Gereja Katolik Santa Barbara |
Bangunan gereja ini terdiri dari 2 lantai. Lantai pertama merupakan aula gereja dan dilantai kedua digunakan untuk tempat beribadah. Dibelakang bangunan ini terdapat asrama yang dihuni oleh para biarawati.
Bersambung di link berikut -> Menerobos Lorong Waktu Di Kota Tua Sawahlunto 2
Komentar
Posting Komentar